I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan di sektor perikanan mengacu kepada pembangunan Nasional yang di selaraskan dengan kondisi wilayah dengan tidak lepas dari kebijakan pemerintah daerah dalam mendukung konsep untuk meningkatkan daya tahan ke daerahan atas dasar kekuatan sendiri. Perairan tawar Indonesia sebagai perairan tropis, memiliki plasma nuftah perikanan yang sangat banyak. Spesies ikan air tawar sangat beragam, ada yang berukuran besar dan ada yang berukuran kecil. Sebagian diantaranya dapat dijadikan ikan hias dan sebagian lagi dijadikan ikan konsumsi, terutama ikan yang berukuran besar.
Kalimantan Tengah pada umumnya dan Kabupaten Seruyan pada khususnya memiliki potensi yang sangat besar dibidang perikanan sehingga dengan potensi yang dimiliki ini dapat meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki tersebut dengan semaksimal mungkin, baik itu untuk perikanan budidaya maupun perikanan tangkap. Upaya yang dilakukan untuk menuju kesejahteraan tersebut diatas, salah satunya adalah dengan perencanaan pengembangan kawasan sentra produksi unggulan yang merupakan ruang untuk sektor – sektor strategis yang diharapkan dapat mendorong percepatan hasil produksi perikanan dengan perkembangan wilayah. Sektor budidaya merupakan salah satu alternatif dalam pengembangan wilayah tersebut, sehingga dapat memperoleh hasil yang benar – benar maksimal. Perkembangan usaha budidaya ikan semakin hari dirasakan semakin meningkat. Hal ini memang sudah sejalan dengan kemajuan jaman dan teknologi.
Sebagaimana ilmu – ilmu terapan yang lain, pengembangan ilmu dan teknologi perikanan sangat ditentukan oleh pengetahuan dasar yang memadai, antara lain fisiologi. Fisiologi sebagai salah satu cabang biologi yang berkaitan dengan fungsi dan kegiatan kehidupan dapat lebih mudah dipahami bila organisme dan fungsi sel diketahui, dimana salah satu bentuk fisiologi tersebut adalah reproduksi.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui sistem reproduksi ikan dan proses reproduksinya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan
Anonim (2006), ikan adalah hewan berdarah dingin, ciri khasnya adalah mempunyai tulang belakang, insang dan sirip, dan terutama ikan sangat bergantung atas air sebagai medium dimana tempat mereka tinggal. Yushinta Fujaya (2004), ikan sebagai hewan air memiliki beberapa mekanisme fisiologis yang tidak dimiliki oleh hewan darat. Perbedaan habitat menyebabkan perkembangan organ – organ ikan disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Misalnya, sebagai hewan yang hidup di air, baik itu perairan tawar maupun di perairan laut menyebabkan ikan harus dapatmengetahui kekuatan maupun arah arus, karenanya ikan dilengkapi dengan organ yang dikenal sebagai linea lateral.
2.2 Teknologi Budidaya
Menurut Irzal Effendi (2010), sistem teknologi akuakultur didefinisikan sebagai wadah produsi beserta komponen lainnya dan teknologi yang diterapkan pada wadah tersebut serta bekerja secara sinergis dalam rangka mencapai tujuan akuakultur. Sedikitnya terdapat 13 sistem akuakultur yang sudah diusahakan untuk memproduksi ikan. Sistem tersebut adalah kolam air tenang, kolam air deras, tambak, jaring apung, jarring tancap, karamba, kombongan, penculture, enclosure, longline, rakit, bak-tangki-akuarium, dan ranching (restocking).
Menurut Khairul Amri, et al (2008) ada 4 (empat) cara pembenihan tawes yang biasa dilakukan, yaitu pembenihan secara tradisional, cara tradisional yang diperbaiki, cara hypofisasi (kawin suntik), dan pemijahan ala cangkringan.
2.3 Reproduksi
Yushinta Fujaya (2004), reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Untuk dapat melakukan reproduksi maka harus ada gamet jantan dan betina. Penyatuan gamet jantan dan betina akan membentuk zigot yang selanjutnya berkembang menjadi generasi baru.
Menurut Anonim (2006), meskipun tidak semua individu mampu menghasilkan keturunan, namun setidaknya reproduksi berlangsung pada sebagian besar individu yang hidup di permukaan bumi ini. Tingkah laku reproduksi pada ikan merupakan suatu siklus yang dapat dikatakan berkala dan teratur. Kebanyakan ikan mempunyai siklus reproduksi tahunan. Sekali mereka memulainya maka hal itu akan berulang terus menerus sampai mati. Beberapa ikan malahan bisa bereproduksi lebih dari satu kali dalam satu tahun.
Menurut Anne Ahira (2011), cara reproduksi ikan ada antara lain :
1. Ovipar, yaitu sel telur dan sel sperma bertemu di luar tubuh dan embrio ikan berkembang di luar tubuh sang induk. Contoh : ikan pada umumnya.
2. Vivipar, kandungan kuning telur sangat sedikit, perkembangan embrio ditentukan oleh hubungannya dengan placenta, dan anak ikan menyerupai induk dewasa.
3. Ovovivipar, sel telur cukup banyak mempunyai kuning telur, Embrio berkembang di dalam tubuh ikan induk betina, dan anak ikan menyerupai induk dewasa. Contoh : ikan-ikan livebearers.
III. PEMBAHASAN
3.1 Seksualitas
Secara umum ikan dapat dibedakan atas dua jenis yaitu jantan dan betina (biseksual/dioecious) dimana sepanjang hidupnya memiliki jenis kelamin yang sama. Istilah lain untuk keadaan ini disebut gonokhoristik yang terdiri atas dua kelompok yaitu :
1. Kelompok yang tidak berdiferensiasi, artinya pada waktu juvenil, jaringan gonad belum dapat diidentifikasi apakah berkelamin jantan atau betina.
2. Kelompok yang berdiferensiasi, artinya sejak juvenil sudah tampak jenis kelaminnya apakah jantan atau betina.
Selain gonokhoristik, dikenal pula istilah hermafrodit yang artinya di dalam tubuh individu ditemukan dua jenis gonad (jantan dan betina). Bila kedua jenis gonad ini berkembang secara serentak dan mampu berfungsi, keduanya dapat matang bersamaan atau bergantian maka jenis hermafrodit ini disebut hermafrodit sinkroni. Contoh ikan yang bersifat seperti ini adalah Serranus cabrilla, Serranus subligerius dan Hepatus hepatus. Ikan yang termasuk golongan ini adalah Sparrus auratus dan Pagellus centrodontus. Bila pada awalnya berkelamin jantan namun semakin tua akan berubah kelamin menjadi betina maka disebut sebagai hermafrodit protandri. Sedangkan hermafrodit protogini adalah istilah untuk individu yang pada awalnya berkelamin betina, namun semakin tua akan berubah menjadi kelamin jantan seperti dijumpai pada ikan belut, Fluta alba.
Perbedaan seksualitas pada ikan dapat dilihat dari ciri-ciri seksualnya. Ciri seksual pada ikan terbagi atas ciri seksual primer dan ciri seksual sekunder. Ciri seksual primer adalah alat/organ yang berhubungan dengan proses reproduksi secara langsung. Ciri tersebut meliputi testes dan salurannya pada ikan jantan serta ovarium dan salurannya pada ikan betina. Ciri seksual primer sering memerlukan pembedahan untuk melihat perbedaannya. Hal ini membuat ciri seksual sekunder lebih berguna dalam membedakan jantan dan betina meskipun kadangkala juga tidak memberikan hasil yang nyata.
Ciri seksual sekunder terdiri atas dua jenis yaitu yang tidak mempunyai hubungan dengan kegiatan reproduksi secara keseluruhan, dan merupakan alat tambahan pada pemijahan. Bentuk tubuh ikan merupakan ciri seksual sekunder yang penting. Biasanya ikan betina lebih buncit dibandingkan ikan jantan, terutama ketika ikan tersebut telah matang atau mendekati saat pemijahan (spawning). Hal tersebut disebabkan karena produk seksual yang dikandungnya relatif besar. Pada saat puncak pemijahan, tampak pada banyak ikan jantan suatu benjolan yang timbul tepat sebelum musim pemijahan dan menghilang sesaat setelah pemijahan. Contoh kejadian seperti ini dapat dilihat pada ikan minnow (Osmerus). Ada juga ikan yang memiliki sirip ekor bagian bawah yang memanjang pada ikan jantan Xiphophorus helleri, sirip ekor yang membesar dijumpai pada ikan Catostomus commersoni. Contoh yang sangat ekstrim dijumpai pada ikan anglerfish (Ceratias) dimana ikan jantan jauh lebih kecil daripada ikan betinanya. Sebegitu kecilnya sehingga ukurannya lebih kecil daripada ovarium ikan betina yang matang.
Ciri seksual sekunder tambahan yang mencirikan ikan jantan pada beberapa spesies, dalam hal ini sirip anal berkembang menjadi alat kopulasi (intromittent). Gonopodium terdapat pada ikan Gambusia affinis, Lobistes reticulatus dan ikan-ikan famili Poeciliidae. Pada ikan Xenodexia, modifikasi sirip dada digunakan dalam perkawinan untuk memegang gonopodium pada kedudukannya sehingga memudahkan masuk ke dalam oviduct betina. Pada Chimaera jantan berkembang suatu organ clasper di bagian atas kepalanya yang dinamakan ovipositor yang berfungsi sebagai alat penyalur telur. Bentuk seperti ini dijumpai pada ikan Rhodeus amarus dan Carreproctus betina.
Pewarnaan pada ikan sering juga digunakan sebagai pengenal seksualitas. Umumnya ikan jantan mempunyai warna yang lebih cemerlang daripada ikan betina. Pada ikan sunfish, Lepomis humilis, jantannya mempunyai bintik jingga yang lebih terang dan lebih banyak dibandingkan betinanya.
3.2 Perkembangan gamet jantan
Alat kelamin jantan meliputi kelenjar kelamin dan saluran-salurannya. Kelenjar kelamin jantan disebut testis. Pembungkus testikular yang mengelilingi testis, secara luas menghubungkan jaringan-jaringan testis, membentuk batasan-batasan lobular yang mengelilingi germinal epithelium. Spermatozoa dihasilkan dalam lobule yang dikelilingi sel-sel sertoli yang mempunyai fungsi nutritif.
Saluran sperma terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berbatasan dengan testis, berguna untuk membuka lobule (juxta-testicular part) dan bagian lainnya adalah saluran sederhana yang menghubungkan bagian posterior testis ke genital papilla. Pada beberapa ikan, misalnya ikan salmon, tidak memiliki kantung seminal, tetapi pada bagian luar saluran sperma terdapat sel-sel yang berfungsi mengatur komposisi ion-ion cairan seminal dan mensekresi hormon.
Perkembangan gamet jantan dari spermatogonium menjadi spermatozoa melalui dua tahap, yaitu spermatogenesis dan spermiogenesis. Spermatogenesis adalah tahap perkembangan spermatogonium menjadi spermatid. Sedangkan spermiogenesis adalah metamorfosis spermatid menjadi spermatozoa. Awal spermatogenesis ditandai dengan berkembangbiaknya spermatogonia beberapa kali melalui pembelahan mitosis, untuk memasuki tahap spermatosit primer. Selanjutnya terjadi pembelahan meiosis, yang dimulai dengan kromosom berpasangan, yang diikuti dengan duplikasi membentuk tetraploid (4n). Satu spermatosit sekunder diploid membelah diri menjadi dua spermatid haploid (n).
Proses spermiasi berhubungan dengan pelepasan spermatozoa dari lumen lobulus masuk ke dalam saluran sperma. Pelepasan ini mungkin disebabkan oleh kenaikan tekanan hidrostatik ke dalam lobule untuk mengeluarkan cairan-cairan oleh sel-sel sertoli di bawah rangsangan gonadotropin. Spermatozoa kemudian didorong ke dalam sistem pengeluaran, di sini akan bercampur dengan cairan sperma.
Perangsangan perkembangan sperma tidak terlepas dari peran serta hormon androgen, yaitu testosteron. Sedangkan testosteron yang memegang peranan utama pada spermatogenesis dan spermiasi adalah ketotestosteron. Ketotestosteron selanjutnya akan merangsang sel-sel sertoli sehingga aktif menstimulasi pembelahan mitosis spermatogonia dan menyempurnakan spermatogenesis.
3.3 Perkembangan gamet betina
Perkembangan gamet betina atau disebut juga oogenesis terjadi di dalam ovarium. Oogenesis diawali dengan perkembangbiakan oogonium beberapa kali melalui pembelahan mitosis, untuk memasuki tahap oosit primer. Selanjutnya terjadi pembelahan meiosis I, membentuk oosit sekunder dan polar body I melalui proses meiosis II oosit sekunder membelah menjadi oosit dan polar body II.
Oogenesis adalah proses kompleks yang secara keseluruhan merupakan pengumpulan kuning telur. Secara substansial, kuning telur terdiri atas tiga bentuk yaitu : kantung kuning telur (yolk vesicle), butiran kuning telur (yolk globule) dan tetesan minyak (oil droplet). Kantung kuning telur berisi glikoprotein dan pada perkembangan selanjutnya, menjadi kortikal alveoli. Butir-butir kuning telur terdiri atas lipoprotein, karbohidrat dan karoten. Oil droplet secara umum terdiri atas gliserol dan sejumlah kecil kolesterol.
Perkembangan telur ikan secara umum meliputi empat tahap, yaitu awal pertumbuhan, tahap pembentukan kantung kuning telur, tahap vitelogenesis dan tahap pematangan. Pertumbuhan awal adalah terjadinya pelepasan hormon gonadotropin yang dicirikan dengan bertambahnya ukuran nukleus dan jumlah nukleolus. Sejumlah besar dari RNA disimpan dalam sitoplasma sel telur sebagai bekal bagi embrio untuk menghasilkan protein dari dirinya sebagai cadangan.
Tahap pembentukan kantung telur dicirikan dengan terbentuknya kantung atau vesikel. Pada perkembangan telur selanjutnya, kantung kuning telur ini akan membentuk kortikal alveoli yang berisi butir-butir korteks. Tahap ini juga dicirikan dengan terbentuknya zona radiata, perkembangan ekstraseluler dan bakal korion.
Vitelogenesis dicirikan oleh bertambah banyaknya volume sitoplasma yang berasal dari luar sel, yaitu kuning telur atau disebut juga vitelogenin. Vitelogenin ini disintesis oleh hati dalam bentuk lipophosphoprotein-calcium kompleks dan hasil mobilisasi lipid dari lemak visceral. Selanjutnya kuning telur dibawa oleh darah dan ditransfer ke dalam sel telur secara endositosis.
Selama proses vitelogenesis terjadi penambahan ketebalan pada zona radiata, sel-sel granulosa dan theca. Sel-sel theca bertanggung jawab dalam sintesis 17 -hydroxyprogesterone dan testosteron yang oleh sel-sel granulosa diubah menjadi 17 , 20 -dihydroxy-4-pregnen-3-3-one (17,20-p dan estradiol-17 ). Sirkulasi estradiol-17 mengatur pengembangan beberapa gen vitelogenin dalam hepatosit yang selanjutnya menghasilkan protein vitelogenin.
Tahap akhir perkembangan telur adalah tahap pematangan, yakni setiap tahap pergerakan germinal vesicle ke tepi dan akhirnya melebur (germinal vesicle breakdown) yang selanjutnya membentuk pronuklei dan polar body II.
Proses ovulasi terjadi dengan cepat setelah telur mengalami pematangan dan mengakibatkan pecahnya dinding folikel, pada waktu bersamaan sel-sel mikrofil yang menutupi lubang mikrofil berpisah sehingga spermatozoa dapat menembus korion setelah telur dikeluarkan (oviposition). Pecahnya dinding folikel ini diduga disebabkan oleh pengaruh hormon prostaglandin. Prostaglandin mungkin merupakan mediator aksi gonadotropin terhadap ovulasi atau pecahnya dinding folikel.
Saat pertama ikan mempunyai kemampuan bereproduksi (kematangan seksual) dipengaruhi oleh beberapa faktor. Terdapat perbedaan kematangan seksual antara masing-masing spesies pada umur dan ukuran yang berbeda. Secara umum ikan-ikan mempunyai ukuran maksimum kecil dan jangka hidup pendek, akan mencapai kedewasaannya pada umur yang lebih muda daripada ikan yang mempunyai ukuran maksimum lebih besar. Ikan Lebistes dan Gambusia affinis mencapai kematangan seksual pada umur kurang dari satu tahun pada panjang kurang dari 2,5 cm. Banyak ikan yang mencapai kedewasaan pada umur satu tahun. Tetapi banyak pula spesies ikan yang mencapai kematangan seksual pertama kali pada umur dua sampai lima tahun, dengan panjang 3 sampai 12 inci bahkan lebih. Yang termasuk kelompok ikan ini adalah ikan trout (Salmo), blackbass (Micropterus) dan sunfishes (Lepomis). Sementara ikan sidat (Anguilla) mencapai kematangan seksual pada umur 10-13 tahun dengan panjang lebih dari 60-100 cm. Ikan sturgeons baru mencapai kematangan pada umur 15 tahun atau lebih dengan panjang satu meter.
Bilamana ikan sudah dewasa secara seksual, produk seksual akan matang dan kegiatan reproduksi akan berlangsung. Banyak faktor yang mempengaruhi peristiwa ini, yang secara garis besarnya dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu yang timbul dalam diri ikan itu sendiri (faktor internal) dan yang berasal dari lingkungannya (faktor eksternal). yang termasuk faktor internal antara lain jenis ikan dan hereditasnya, makanan dan faktor fisiologiknya.
3.4 Pemijahan
Pada pemijahan ikan-ikan yang biseksual, persatuan sel telur dengan sperma bisa terjadi dengan dua cara. Cara pertama yaitu sel telur bersatu dengan sperma di luar tubuh induk (fertilisasi eksternal). fertilisasi eksternal ini dilakukan misalnya oleh ikan-ikan yang termasuk famili Cyprinidae, Anabantidae, dan Siluridae. Cara yang kedua yaitu sel telur bersatu dengan sperma di dalam tubuh induk (Fertilisasi internal). Cara ini dijumpai pada ikan-ikan subklas Elasmobranchii dan juga sebagian kecil golongan teleostei (misalnya Anablepidae dan Poeciliidae). Untuk fertilisasi internal, beberapa alat digunakan oleh ikan pada waktu melakukan kopulasi seperti gonopodium, myxopterygium dan tenaculum.
Jumlah telur yang dihasilkan oleh induk betina (fekunditas) umumnya jauh lebih banyak pada ikan-ikan yang melakukan fertilisasi eksternal dibandingkan dengan ikan-ikan yang melakukan fertilisasi internal. Hal ini merupakan adaptasi terhadap kecilnya peluang bertemunya sel telur dan sperma di luar tubuh.
Berdasarkan tempat embrio berkembang, terdapat tiga golongan ikan yaitu ovipar, vivipar dan ovovivipar. Golongan ovipar adalah golongan ikan yang mengeluarkan telur pada waktu pemijahan, sedangkan golongan vivipar dan ovovivipar adalah ikan-ikan yang melahirkan anak-anaknya. Pada golongan ovovivipar, sel telur cukup banyak mempunyai kuning telur untuk memenuhi kebutuhan anak ikan dan induk ikan bisa dikatakan hanya menyediakan tempat perlindungan. Pada golongan vivipar, kandungan telur sangat sedikit dan perkembangan embrio ditentukan oleh hubungannya dengan plasenta pada tahap awal untuk mencukupi kebutuhan makanannya. Anak ikan yang dilahirkan oleh golongan ikan vivipar, sudah hampir menyerupai induk dewasa.
3.5 Pembuahan (fertilisasi)
Pembuahan adalah bersatunya oosit (telur) dengan sperma membentuk zigot. Pada proses pembuahan ini terjadi percampuran inti sel telur dan inti sperma. Kedua inti ini masing-masing mengandung gen (pembawa sifat keturunan) sebanyak satu sel (haploid).
Hanya satu sperma yang dibutuhkan untuk membuahi satu sel telur (monosperm). Meskipun berjuta-juta spermatozoa dikeluarkan pada saat pemijahan dan menempel pada sel telur tetapi hanya satu yang dapat melewati mikrofil, satu-satunya lubang masuk spermatozoa pada sel telur. Kepala spermatozoa menerobos mikrofil dan bersatu dengan inti sel telur, sedangkan ekornya tertinggal pada saluran mikrofil tersebut dan berfungsi sebagai sumbat untuk mencegah spermatozoa yang lain masuk.
Cara lain yang digunakan sel telur mencegah sperma lain masuk adalah terjadinya reaksi kortikal mikrofil menjadi lebih sempit dan spermatozoa yang bertumpuk pada saluran mikrofil terdorong keluar. Reaksi korteks juga berfungsi membersihkan korion dari spermatozoa yang melekat karena akan mengganggu proses pernafasan zigot yang sedang berkembang.
Ada beberapa hal yang mendukung berlangsungnya pembuahan yaitu spermatozoa yang tadinya tidak bergerak dalam cairan plasmanya, akan bergerak setelah bersentuhan dengan air dan dengan bantuan ekornya, bergerak ke arah telur. Selain itu, telur mengeluarkan zat gimnogamon yang berperan menarik spermatozoa ke arahnya.
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan makalah ini dapat di simpulkan bahwa:
1. Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya.
2. Perkembangan gamet jantan dan betina diawali dengan pembelahan mitosis kemudian pembelhana miosis untuk membentuk gamet yang haploid.
3. Spermatozoa bersifat immotile dalam cairan plasmanya, dan akan bergerak apabila bercampur dengan air.
4.2 Saran
Untuk menjaga ekosistem perairan, maka diharapkan bagi masyarakat agar dapat menjaga kondisi lingkungan dengan baik. Terutama menjaga kualitas air budidaya di tambak sebaik mungkin dan menghindari penggunaan bahan – bahan kimia beracun yang dapat merusak kualitas air.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. “Bahan Ajar Mata Kuliah Ichtiologi”. Universitas Hasanuddin Makasar: Makasar.
Amri, Khairul; Khairuman. 2008. “Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi”. PT. AgroMedia Pustaka : Jakarta.
Effendi, Irzal. 2009. “Pengantar Akuakultur”. Penebar Swadaya : Jakarta.
Fujaya, Yushinta. 2004. ”Fisiologi Ikan (Dasar Pengembangan Teknik Perikanan)”. PT. Rineka Cipta : Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar