Sabtu, 02 Juli 2011

Manajemen air dan lumpur budidaya perikanan


MANAGEMEN AIR DAN LUMPUR

Pengelolaan air pada prinsipnya adalah usaha manusia untuk mempertahankan atau meningkatkan daya dukung lingkungan agar udang yang dipelihara dapat tumbuh maksimal dengan energi dan input nutrisi yang minimal. Udang yang dipelihara dalam tambak akan melepaskan metabolitnya ke kolom air yang juga akan dicemari oleh sisa pakan yang tidak terkonsumsi. Seluruh bahan pakan udang ini akan menimbulkan polusi yang akhirnya menghambat proses metabolisme yang  di cirikan dengan stress, pertumbuhan yang lambat, kehilangan nafsu makan, serangan penyakit dan bahkan kematian sebagian atau kematian massal. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan teknik manajemen air dan lumpur dasar tambak.

1.      PENGISIAN AIR
            Pengisian air pada tambak ramah lingkungan pada masa pemeliharaan baik air baru maupun air dalam proses resirkulasi harus melalui petak – petak pemeliharaan ikan. Ikan akan mengurangi masuknya hama penular yang terinfeksi. Petakj ikan juga menghasilkan air dengan fitoplankton yang sehat, komposisi air yang lebih seimbang dan lebih miskin dari pada air yang baru dikeluarkan petak pembesaran serta komposisi mikroba yang didominasi oleh keluarga Baccilus spp, sebagai pengendali Vibriosis.
Tabel 1. Kriteria Dan Kategori Kualitas Air Tambak
PARAMETER
Saat Penebaran
Petak Ikan/ Reservoir
Pertengahan Dan Akhir Pemeliharaan
Pembuangan
Suhu
20 – 29
27 – 32
27 – 32
27 – 32
DO minimum (ppm)
4
>3,5
4,5
3
BOD (ppm)


<0,2
<10
pH
7,8-8,5
7,8-8,5
7,6-8,8
7,0-9,0
Alkalinitas (CaCO3) ppm
>80
>80
>100
>100
Transparansi (Cm)
40-50
30-50
30-50
30-40
Suspensi terlarut (ppm)
<30
<20
<40
<30
Salinitas (ppt)
10-35

10-35

NH4 dan NO3 (ppm)
<0,3
<0,3
<0,4
<0,5
NO2 (ppm)
<0,1
<0,1
<0,1
<0,1
Total Vibrio (CFU/ml)

10,3-10,4
10,3-10,4
<10,4
Logam berat (ppb) :
- Hg dan Pb

<0,001

<0,001

<0,001

<0,001
 
2.      PENGGANTIAN AIR
            Kualitas air memburuk terlihat secara visual dari banyaknya partikel tersuspensi dan buih air yang permanen hingga lebih dari 6 m di depan kincir. Indikasi kimiawi terlihat dari kandungan bahan organik (COD) lebih dari 80 ppm dan BOD lebih dari 10 ppm. Secara biologis penurunan kualitas air terlihat dari :
1.   Nafsu makan menurun (sisa pakan di anco lebih dari 20 % dari kondisi normal)
2.   Populasi total bakteri lebih dari 10,6 CFU/ml
3.   Populasi total vibrio lebih dari 10,3 CFU/ml
4.   Ekor udang banyak yang berwarna merah (Red discoloration)
5.   Banyak partikel plankton mati di kolom air
6.   Banyak buih tidak pecah pada jarak 4 meter dari kincir
Pembuangan air dilakukan pada lapisan permukaan untuk :
1.   Salinitas yang rendah setelah hujan untuk menghilangkan pelapisan air
2.   Fitoplankton mati/buih yang mengambang dipermukaan
      Air baru dimasukan ke dalam petakan tambak / reservoar ikan setelah melalui penyaringan dan petak ikan biofilter, dan mungkin (pada awal 2 bulan) melalui proses desinfeksi.

3.      RESIRKULASI AIR/ PENGOLAHAN LIMBAH
            Bila penggantian air tidak menghasilkan kondisi seperti tertera pada tabel tersebut diatas maka langkah yang perlu diambil adalah :
1.   Mengeluarkan sedimen dari tengah/ daerah pengendapan
2.   Air dalam petak dikeluarkan terlebih dahulu sebanyak 0,5 dari target pergantian saat itu.
3.   Air dalam petak ikan dialir sebanyak 1 bagian dari target pergantian saat itu sehingga 0,5 bagian air pembesaran akan terdorong kembali ke saluran sedimentasi
4.   Air yang masuk ke dalam petak tambak ikan harus dikincir berlawanan arus dengan aliran pembuangan yang telah diendapkan secara fisik





5.   Mengalirkan air baru ke dalm sistem
            Sebagai contoh jumlah pemutaran/ pergantian air dari tandon ikan ke petak pembesaran ( kepadatan 30 – 50 ekor/m2) kurang lebih diatur sebagai berikut :
ü Bulan 1 : sebanyak 5% setiap 15 hari
ü Bulan 2 : 5% setiap 7 – 10 hari
ü Bulan 3 : 5 – 10% setiap 7 hari
ü Bulan 4 : 5 – 10% setiap 3 – 5 hari

4.      MANAJEMEN FITOPLANKTON
            Fitoplankton akan tumbuh apabila unsur hara (pupuk) tersedia di air, sehingga perlu menghindari pertumbuhan klekap dan lumut sutra (penyaing fitoplankton), populasi zooplankton, ketersediaan bahan organik dan populasi fitoplankton awal.
            Pada awal masa pemeliharaan fitoplankton biasanya tidak stabil hingga kandungan bahan organik air mencapai 55 ppm sehingga pupuk organik seringkali diperlukan pada awal masa pemeliharaan. Pupuk organik yang populer di pakai adalah sebagai berikut :
1.   Kotoran ayam sebanyak 300 kg/ha atau
2.   Kotoran sapi 300 kg/ha ditambah 10 kg urea/ha atau
3.   Pakan afkir 200 kg dan kotoran ayam kering 50 kg difermentasi selama 1 hari
4.   Fermentasi bekatul dan bakteri probiotik (akan diuraikan tersendiri)
            Kedalaman air juga harus dijaga minimum 1,2 m pada tambak yang selalu jernih agar penetrasi cahaya tidak mudah sampai ke dasar tambak (merangsang pertumbuhan klekap atau lumut sutra). Aplikasi kaporit 1,2 ppm dapat mengurangi pertumbuhan zooplankton dan protozoa dan harus diikuti dengan pemupukan dan pemberian fitoplankton baru.
            Fitoplankton konsentrat dapat diperoleh dari hatchery namun juga dapat diproduksi di salah satu petakan/ saluran tambak ukuran kecil ( sehingga melalui treatment Krustasida-Dyvon/ saprovon 1 ppm) dan pemupukan intensif (organik dan anorganik). Inokulan (bibit) fitoplankton di saluran dapat diperoleh melalui pemasukan air laut langsung / saringan yang disaring dengan saringan plankton (kain sablon ukuran 160 mikron atau goni tepung terigu).
            Umur fitoplankton yang tua dapat ditentukan berdasarkan banyaknya jumlah partikel yang melayang di air atau mengendap. Penentuan umur ini juga dapat dilakukan dengan memasukan air tambak ke dalam toples/ gelas ukur didalam ruangan gelap selama 6 jam untuk diamati pengendapannya. Bila kincir dimatikan dan air tida cenderung  semakin jernih maka kondisi ini menunjukan banyaknya partikel plankton yang tersuspensi dan mati (tidak terkoloid). Bila kondisi tersebut terjadi, air tambak harus segera di encerkan 20 – 30% dan bila perlu dilakukan pemupukan anorganik 20 – 30 kg/ha terdiri atas urea dan TSP dengan ratio 5 : 1 atau 3 : 1 atau NPK 3 – 5 ppm.
            Bila klekap dan lumut sutra terlalu dominan tumbuhnya, pupuk anorganik apapun dalam jumlah sebanyak apapun akan terkonsumsi dan fitoplankton tidak dapat tumbuh. Pertumbuhan vegetasi dasar tersebut dapat dihambat dengan menghalangi fotosintesa melalui pemberian saponin 15 ppm dan dedak halus 5 ppm dan operasional kincir air. Sisa fermentasi masih dapat diencerkan dan dipergunakan hingga hari ketiga.

5.      CIRI – CIRI FITOPLANKTON DAN POTENSINYA
a.   Warna Hijau Gelap (Cincau)
Merupakan indikasi air didominasi jenis algae hijau dari jenis Chlorella spp, kadang – kadang juga ditemukan Dunalilella dan Platymonas, Carteria dan Chlamidomonas. Pada tambak dengan salinitas rendah Scenedesmus dan euglena lebih dominan. Warna hijau muda ini merupakan warna favorit karena stabil namun bila kecerahan tinggal 30 cm, banyak laporan kasus penyakit.
b.   Warna Hijau Biru
Warna ini merupakan warna yang mencirikan predominasi algae hijau biru dengan meningkatnya suhu air rata – rata dan kelarutan bahan organik di air. Kasus – kasus penyakit cangkang lunak, udang biru dan pertumbuhan lambat mulai sering terjadi pada kondisi air demikian. Jenis – jenis yang umumnya ditemukan hingga 90% populasi adalah dari genus Oscillatoria, Phormidum, dan Microccoleus, pada air dengan warna ini seringjuga ditemukan Lyngbya, Chroococcus, Spirulina, Anabaena dan Synochecytis.
c.    Warna Hijau Kuning
Warna ini ditimbulkan akibat adanya algae flagellata kuning keemasan dari genus Chlamidomonas, Hymenomonas, Rhodomonas, Chilomonas, dan Pavlova serta bercampur dengan flagellata kuning dipicu pertumbuhannya oleh bahan organik anaerobik ditanah sehingga warna ini dapat menimbulkan hambatan pertumbuhan bahkan kematian. Pergantian air sangat dianjurkan dan harus diimbangi dengan penambahan jumlah dan opersional kincir angin.
d.   Warna Coklat Tua
Warna air tambak yang coklat tua ini adalah warna yang paling tidak disukai operator tambak karena mengandung dinoflagellata (brown algae). Kondisi ini sering ditemui pada tambak yang telah banyak mengandung bahan organik dan kesulitan mengganti air. Air tandon yang terlalu lama , jernih dan tidak ada ikannya juga akan didominasi oleh dinoflagellata. Jenis – jenis plankton yang tergolong Dinoflagellata adalah Alitochdiscus, Prococentrum, Peridinium, Ceratium, Gymnodinium, Donyaulax, Noctiluca dan kadang – kadang ditemukan Chilomonas, Euglena dan Platymonas.
Masalah kesehatan seringtimbul dengan air yang berwarna coklat tua ini di antaranya : Insang merah, insang hitam dan insang bengkak. Beberapa jenis dinoflagellata ini dapat menghasilkan racun Casilayin – PSP – Paralytic Shellfish Poisoning atau racun Glenodine yang toksik bagi ikan dan kerang. Bila dinoflagellata sulit diatasi maka udang yang dipelihara akan menderita dengan beberapa ciri – ciri fisik sebagai berikut :
1)      Tubuh udang berwarna biru gelap
2)      Antena pendek dan melingkar
3)      Tutup insang melipat keluar
4)      Ruas – ruas tubuh cekung kurus
5)      Ekor melipat dan tubuh bergelombang
e.   Warna Keruh Keputihan
Merupakan salah satu warna yang berbahaya karena menunjukan Fitoplankton yang dikonsumsi Zooplankton dan air dipenuhi populasi Zooplankton, seperti :
1)      Ciliata : Febria, Frontonia, Nassula, dan Trachelocerca
2)      Rotifera : Lecane, Synchaeta, dan Brachionus
3)      Copepoda : Acartia, Tenora, dan Centropaye
4)      Nauplius Tritip (Barnacle)
f.     Warna Coklat Kemerahan
Merupakan air yang didominasi oleh diatom dari genus Chaetoceros, Nitzchia, Cyclotella, Synedra, Acanthes, Ampora dan Euglena. Warna ini biasanya membuat panik pengelola tambak karena tidak terlihat di bawah mikroskop sehingga cenderung berusaha mengganti air ( hal yang tidak perlu). Hanya jenis diatom Biddulphia yang berpotensi membuat udang stress bila populasi terlalu tinggi.
6.      PEMBUANGAN JENIS PLANKTON MELALUI PINTU AIR
            Plankton negatif dan positif yang ditemukan dalam air tambak dapat dikendalikan populasinya dengan manjemen pembukaan pintu air (monik), dengan mengenal karakteristik lapisan air yang disenangi masing – masing plankto seperti pada tabel berikut :
Tabel 2. Lapisan Air Tambak Yang Dihuni Berbagai Jenis Plankton Dalam Waktu Berbeda .
LAPISAN AIR
PAGI JAM 08.00
SORE JAM 15.00
MALAM JAM 03.00
1.Permukaan
-    Cyanophyceae
-    Ciliophora
-    Phytoflagellata
-    Annelida
-    Dinoflagellata
-    Arthropoda
-    Rotifera
2.Tengah
-    Ciliophora
-    Phytoflagellata
-    Dinoflagellata
-    Arthropoda
-    Rotifera



3.Dasar
-    Annelida (cacing)
-    Dinoflagellata
-    Arthropoda
-    Rotifera

-    Cyanophyceae
-    Ciliophora
-    Phytoflagellata
-    Annelida
Keterangan :
Biota dengan huruf miring merupakan jenis yang harus diperhatikan kemelimpahannya (tidak boleh melebihi 50%) melalui pengamatan pada haemacytometer.

7.      PENGATURAN KINCIR AIR (AERATOR)
            Kincir air diperlukan untuk :
1)   Suplai oksigen di air
2)   Mengoksidasi  permukaan dasar
3)   Membuat kotoran tersuspensi dan teroksidasi dikolom air
4)   Mengatur arus air dan menentukan penumpukan lumpur organik
5)   Menghilangkan pelapisan air oleh suhu dan salinitas serta menghomogin kan kelarutan oksigen
a.      Kebutuhan Kincir Dari Biomassa Udang
Kincir air dipasang sesuai dengan kebutuhan minimal pada bulan pertama pemeliharaan. Pada bulan kedua pemeliharaan, total kincir air harus sudah terpasang sesuai dengan target produksi berdasarkan data SR terakhir. Sebuah tambak tidak memerlukan kincir hinggan produksi biomassa udang mencapai 500 kg/Ha dengan pertumbuhan normal. Kincir dapat tidak dipasang pada biomassa 700 kg/ha dengan pertumbuhan lambat.
Untuk pertumbuhan tetap normal, kincir dipasang setelah biomassa lebih dari 500 kg/ha dengan perhitungan bahwa 1 kincir 1,5 HP dapat menunjang kehidupan 250 – 300 kg udang bila dasar tambak sudah tua atau tidak dapat dibersihkan. Satu kincir dapat menunjang kehidupan biomassa udang hingga 400 kg bila dasar dapat dibersihkan.
b.      Kebutuhan Kincir Dari Kejenuhan Oksigen Di Air
Berdasarkan kandungan oksigen terlarut, kincir ditambak dihidupkan hanya ½ jumlah total pada bulan ke 3 hingga ke 4 apabila tingkat kejenuhan diatas 100% jenuh. Kincir air harus seluruhnya dihidupkan apabila tingkat kejenuhannya hanya mencapai 50%.
Tingkat kejenuhan dihitung dengan mencocokan kelarutan oksigen terukur (DO), salinitas, temperatur dengan tabel kejenuhan. Angka yang terukur dibagi angka seharusnya ditabel dan dikalikan 100% = tingkat kejenuhan di air saat itu (%).  Arah kincir air harus dipasang sesuai dengan :
1)      Arah pengendapan antar masing – masing kincir berjarak 12 – 15 m
2)      Arah pembuangan lumpur (pintu air) harus lebih besar dari 15 m
Kriteria pemasangan kincir yang benar :
1)      Tidak ada pengendapan lumpur halus lebih dari 10 cm
2)      Redox potensial tanah tidak mencapai   - 250 mV
3)      70% wilayah tambak didasar, memiliki DO minimum >4 ppm
Keterangan : posisi pemasangan kincir dapat dilihat pada bab persiapan tambak
c.       Penggunaan Blower Sebagai Pemasok Oksigen Terlarut
Dewasa ini telah tersedia berbagai jenis blower yang dapat digunakan sebagai pemasok oksigen di tambak denga hasil kelarutan oksigen yang lebih efisien persatuan tenaga yang diperlukan sebagai penggerak mesin. Blower untk keperluan aerasi ditambak tersedia dalam tiga bentuk umum :
1)      Rotary Blower/ Rootblower : merupakan blower dengan tenaga yang kuat untuk tambak/bak dengan kedalaman lebih dari 1 m dan untuk memompa dengan jarak yang jauh serta titik yang banyak. Pada umumnya jenis ini dipakai dipembenihan atau di unit pengolahan air minum namun sangat baik dipergunakan ditambak.
2)      Vortex Blower : Alat ini berprinsip putaran cepat akan menghasilkan volume angin yang banyak, hanya kelemahannya adalah suaranya yang bising dan tekanan yang rendah kurang dari kedalaman 60 cm serta jarak tiupan udaranya yang terbatas.
3)      Turbojet : merupakan blower khusus tambak yang dapat digerakkan oleh motor listrik maupun langsung dari penggerak diesel, (dengan resiko menghisap asap).

8.      PEMBUANGAN AIR PADA SAAT PEMELIHARAAN DAN PANEN
            Air yang dikeluarkan dari petak pemeliharaan sedapat mungkin dari central drain atau pipa tengah agar lumpur organik dasar tambak sebagian besar dapat terbuang. Air yang mengandung sedimen akan dialirkan dalam saluran pembuangan yang memiliki lebar dan panjang tertentu yang dapat membuat arus hanya berkecepatan 3 m/menit sehingga suspensi dapat mengendap. Untuk menghemat lahan pengendapan dapat dilakukan dengan membuat sekat – sekat 0,5 m dibawah air atau sekat zig zag disaluran. Air dapat dialirkan langsung kedalam petak ikan/tandon (filter biologi) setelah diberi aerasi 1 kincir atau blower 40 watt.
            Air yang boleh dibuang dari petak pemeliharaan harus dikeluarkan melalui pintu monik bagian atas, namun bila hendaknya diendapkan terlebih dahulu, air dapat dikeluarkan dari manapun. Kualitas air buangan yang memenuhi kriteria internasional dapat dilihat seperti pada tabel berikut.
Tabel 3. Kriteria Kualitas Air Limbah Tambak Pada Saat Panen.
Parameter (Satuan)
Batas Maksimum
Batas Dianjurkan
1.
pH
6,0 – 9,5
6,5 – 9,0
2.
TSS (ppm)
<100
<50
3.
Total P (ppm)
<0,5
<0,3
4.
Total Amoniak (ppm)
<5
<3
5.
BOD.5 (ppm)
<50
<30
6.
DO pagi hari (ppm)
>4
>5

9.       APLIKASI PROBIOTIK
            Probiotik pada umumnya didefinisikan sebagai bakteri tambahan (inokulan) yang dipakai untuk melaksanakan suatu proses enzimatis mikrobiologis tertentu. Kenyataan selanjutnya menunjukan organisme yang melaksanakan tugas – tugas perubahan biologis juga dapat didefinisikan sebagai biomanipulator adalah ikan herbivora (baronang), ikan omnivora (mujair), ikan plankton feeder dan ikan pemakan zooplankton dan udang kecil.
a.   Berdasarkan Fungsi Probiotik Dapat Digolongkan Ke Dalam :
1)   Probiotik pengurai pupuk organik sebelum dimasukan ke tambak
2)   Probiotik pengurai limbah organik dalam tambak
3)   Probiotik yang membantu pencernaan pakan buatan di dalam tubuh udang.
Probiotik secara ekonomis diperhitungkan sebagai input yang mahal, kesalahan persiapan dan penanganan hanya akan menambah biaya tanpa hasil apapun. Pemberian sebaiknya dilakukan setelah organisme probiotik ditumbuhkan dengan maksimum sebelum dimasukan ke air/ dasar tambak.
b.   Prosedur Penumbuhan Probiotik
1.   Probiotik pengurai pupuk organik sebelum dimasukan ke dalam tambak
Diperlukan untuk menumbuhkan fitoplankton secara cepat dan stabil minimum hingga 7 hari, komposisi pupuk pupuk dan probiotik yang diberikan adalah sebagai berikut :
a.   Dedak sebagai sumber karbohidrat, selulosa, dan silikat
b.   Gula/ tetes tebu sebagai sumber CO2
c.    Protein tepung ikan/ urea/ pakan BS sebagai sumber nitrogen dan karbon (C) sebagai penyusun protein sel probiotik
d.   Bakteri biakan (Bacillus atau Nitrobacter atau Nitrosomonas)
e.   Aerasi/ pengadukan agar proses berlangsung secara aerobik.
2.   Probiotik pengurai limbah organik di dalam tambak :
a.   Bakteri fotosintetik, bakteri Chtinioplastic, Lipolitic, Cellullolityc, Proteolitic bacteria
b.   Molase sebagai sumber karbon
c.    Tepung ikan sebagai sumber protein
d.   Zeolit sebagai pemberat dan pori – pori penyerap bakteri
e.   Pengadukan tanpa aerasi karena bakteri aerob fakultatif
3.   Probiotik yang membantu pencernaan pakan buatan didalam tubuh udang :
a.   Bakteri Lactobaccillus
b.   Gula dan air sebagi medium pertumbuhan
c.    Tepung ikan sebagai sumber protein
d.   Kanji sebagai medium pengikat untuk dilapisi di pakan (pellet)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar